top of page

KISAH INSPIRASI 1

Pengusaha Bandung Sukses, Hobi Bola

Jadi Pundi Uang

Bintang.com, Jakarta

Bandung dan sepak bola, dua kata yang tak pernah dipisahkan karena klub sepak bola kebanggaan kota kembang itu begitu harum di kancah nasional. Persib, demikian nama kesebelasan kebanggaan kota Bandung yang semakin membawa nama kota tersebut berada di derajat tertinggi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kota ini terkenal sebagai gudangnya distro pakaian. Namun, konsep yang sedikit berbeda diterapkan oleh seorang pengusaha bernama lengkap Muhammad Abdul Kholiq yang kini meraup omzet hingga 50 juta setiap bulannya. 

Berangkat dari kejeliannya memanfaatkan antusiasme warga Bandung akan sepak bola, ia pun mulai memproduksi baju-baju bola berkonsep distro. Pihaknya mengatakan bahwa sesungguhnya orang Indonesia ingin bisa tampil modis meski saat sedang berada di tribune penonton. Oleh sebab itu, ia pun mulai mengembangkan usahanya.Seperti kebanyakan pengusaha pemula pada umumnya, Kang Kholiq juga mengalami masa-masa sulit. Ia mulai membuka bisnis ini bersama kakaknya saat masih mengenyam bangku kuliah. Namun, karena kurangnya keterampilan manajemen, akhirnya usaha yang baru ia rintis pun mengalami kerugian akibat banyak mengangkat pegawai nakal. Alhasil, banyak barang-barang perusahaan yang dicuri oleh karyawan mereka sendiri. Belum lagi hutang-hutang yang tak pernah dilunasi hingga hari ini.

Meski demikian, mereka tak pernah putus asa dan lama kelamaan pesanan pun semakin ramai dan usaha sampingan yang mulanya hanya bermodalkan uang 3 juta itu pun mulai digemari masyarakat Bandung. Ia pun sudah membuka beberapa cabang di sejumlah kota besar sekarang, bahkan sampai ke Malaysia.

Kendati demikian, pihaknya masih menyayangkan sikap suporter Indonesia yang masih kurang dewasa. Banyak sekali pengalaman kurang menyenangkan yang ia alami saat sedang berjualan di luar kota. Di Jakarta, misalnya, ia sempat disambangi gerombolan suporter lokal dan memintanya untuk segera pergi dari sana. Padahal, ia selalu mengampanyekan rasa hormat dan perdamaian di manapun berada.

 

Konsep penjualan kang Kholiq terbilang unik karena ia menggunakan garasi mobilnya sebagai lapak atau mobile garage dalam istilah kerennya. Setelah berjuang tanpa mengenal lelah, usaha kang Kholiq pun akhirnya mendapatkan pengakuan baik dari dalam maupun luar negeri dan ia pun menjadi pengusaha Bandung yang sukses hingga kini.

KISAH INSPIRASI 2

Yang Muda, Yang Unjuk Gigi

Pengusaha Muda, Kopi Luak Lanang

 

Perkembangan industri kopi di tanah air dalam 10 tahun belakangan menunjukkan progres yang signifikan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari semakin banyaknya kopi olahan yang dihasilkan oleh industri pengolahan kopi.

 

Hal ini sangat dimungkinkan, mengingat negara Indonesia merupakan penghasil kopi terbanyak ketiga di dunia. Industri kopi yang saat ini membanjiri usaha tanah air sangat bervariasi, mulai dari skala home industri, skala nasional maupun skala internasional.

Produk kopi olahan saat ini tidak hanya berupa kopi bubuk tetapi banyak diinovasikan ke dalam bentuk kopi olahan. Salah satu yang terkenal di Indonesia adalah kopi luwak. Saking terkenalnya, kopi luwak ini mampu menjadi produk potensial bahkan andalan yang dipasarkan oleh pengusaha perempuan muda asal Jawa Timur beberapa tahun terkhir ini. Dia adalah Theresia Deka Putri

Siapa Theresia Deka Putri?

 

Hidup sebagai seorang yatim piatu tidak melengserkan niatnya untuk menjadi seorang pengusaha sukses. Dia adalah Theresia Deka Putri, wanita muda yang sukses dalam usaha kopi. Theresia lahir di Gresik Jawa Timur kurang lebih 27 tahun lalu. Saat ini dia dikenal sebagai seorang pengusaha di bidang kopi, khususnya kopi luwak.


Theresia Deka Putri merupakan sosok pengusaha yang penuh dengan semangat dalam mencapai cita-citanya. Mengingat usaha yang ia miliki saat ini ia bangun dari titik nol, dari mulai menjajakan produknya sendiri ke warung-warung kecil. Tapi tanpa putus asa, ia terus melangkah dan bisa sesukses seperti sekarang ini.
Theresia Deka Putri Pengusaha Sukses di Bidang Kopi ,  sangat familiar dengan dunia bisnis sejak ia kecil. Banyak bisnis yang dilakoninya, seperti menjual sepatu dan pakaian serta produk fasion lain. Walaupun saat itu target pasar bisnis yang ia bidik hanya sebatas teman terdekat saja. Dan pada tahun 2000, Theresia mulai memasuki pasar kuliner seperti teh dan kopi. Saat bekerja dibidang tersebut, ia mendapatkan kepercayaan perusahaan untuk menjadi pimpinan tim. Dan dia pernah berkeliling ke sekitar Jawa Timur untuk memasarkan produk perusahaan tempat ia bekerja.


Saat ini Theresia memiliki CV Karya Semesta, yaitu perusahaan yang memproduksi beberapa jenis kopi. Jenis kopi yang diproduksi adalah Kopi Luwak Lanang, Kopi Lanang Landep, dan Kopi Gajah Hitam. Usahanya inilah yang membuat Theresia disebut-sebut sebagai pengusaha wanita muda yang terkenal. Sebutan tersebut wajar saja disematkan pada Theresia, karena tak butuh waktu selama lima tahun setelah beroperasi yaitu dengan proses produksi dan menjual produknya sendiri, ia sudah berhasil mendapatkan omset Rp. 1 miliar. Bayangkan? Hebat kan? Lalu bagaimana perjalanan karir Theresia Deka Putri di bidang kopi?

 

Karir Theresia Deka Putri

 

Sebagai pemula bisnis saat itu, Theresia Deka Putri terbilang tak main-main, karena ia merogoh kocek hingga Rp. 200 juta. Namun modal itu membuahkan hasil yang menggembirakan, jauh lebih besar dari modal awalnya. Benar, Semangat yang dimiliki Theresia Deka Putri luar biasa, ia menaruh kepercayaan pada kopi luwak yang akan memiliki peluang sukses kala itu.

 

Sebagai pembisnis muda yang menjadi panutan banyak orang, ia memulai bisnisnya dari nol. Sebelum membangun bisnis sendiri, Theresia bekerja sebagai tenaga pemasaran teh dan kopi eceran. Dan pada tahun 2007 ia merealisasikan tekadnya untuk berbisnis di bidang kopi, khususnya kopi luwak.

 

Saat itu, ia menaruh harap pada target pasar yang ia kejar yaitu para calon pembeli yang memiliki kantong tebal dan doyan kopi premium.
Awalnya, Theresia Deka Putri mengkaji berbagai hal tentang kopi luwak; kemudian ia pelajari dan juga praktik langsung setelahnya. Theresia Deka Putri memulai usahanya melalui CV. Karya Semesta. Dan hingga saat ini perusahaanya telah memproduksi 3 merek kopi. Saat itu tahun 2008, theresia dan timnya membuat usaha pengolahan kopi sederhana. Sangat sederhana, bahkan proses penggilingannya saat itu dipercayakan pada tempat-tempat yang menawarkan jasa penggilingan.


Pernah sekali waktu Theresia berfikir untuk memproduksi kopi sendiri, dan melepas supplyer-nya. Dia memiliki keinginan untuk punya kebun sendiri. Keinginan memiliki luwak sendiri juga ada. Dan kenyataanpun akhirnya mengantarkan Theresia Deka Putri untuk memiliki kebun sendiri.

 

Kebun tersebut selebar empat hektar. Namun karena kebutuhan semakin meningkat, Theresia tak jadi melepaskan supplyer-nya. Theresia juga mengembangkan kemitraan dengan beberapa petani kopi di Bondowoso serta Malang. Selain karena kebutuhan permintaan kopi semakin meningkat, ia tetap menjual produk dari supliyer sebagai upaya untuk memberikan variasi produk pada konsumen.
Theresia pernah kuliah di jurusan Manajemen, tak heran jika manajemen pengelolaan bisnisnya begitu apik dan matang. Tak butuh waktu lama, hanya selang beberapa tahun setelah memproduksi serta menjual produk kopi luwak sendiri, Theresia berhasil mendapatkan omset Rp. 1 miliar pertamanya pada tahun 2011. Dan 2013 lalu, ia mampu memenuhi 90% omzet Rp 1,6 miliar yang tengah dipatoknya.

 

 

KISAH INSPIRASI 3

Yang Muda, Yang Unjuk Gigi

Eksportir Muda Ikan Hias

 

Eksportir Ikan Hias dengan Misi Lahirkan 5 Juta Pengusaha

 

Usianya baru 21 tahun, tetapi bisa membayar biaya kuliah dan membeli mobil sendiri. Itulah Nicholas Kurniawan, anak muda pengusaha ikan hias yang saat ini masih duduk di semester 7 STIE Prasetiya Mulya.

Kalau menelusuri kisah hidupnya, mungkin akan terkesan sedikit ‘drama’. Nicholas sejak kecil mengamati bahwa keterbatasan finansial kerap menjadi sumber masalah di keluarganya. Orangtuanya dengan penghasilan terbatas berusaha keras membiayai sekolah Nicholas dan saudaranya. Situasi itu memaksanya berjualan sejak kelas 2 SD.

 

Berguru pada Pemilik Dagadu

 

Turning point hidup Nicho terjadi saat ia berusia 17 tahun, ketika duduk di kelas 2 SMA Kolese Kanisius. Seorang teman memberi Nicho sepaket ikan Garra Rufa yang biasa bermanfaat untuk terapi. Karena merasa tidak membutuhkan ikan tersebut, Nicho mencoba menjualnya di Forum Jual-Beli Kaskus. Saat itu ia belum familiar dengan kegiatan jual-beli online. Tanpa disangka, dalam waktu singkat banyak yang berminat membeli. Kejadian itulah yang bagi Nicho bagaikan “musim semi setelah musim dingin yang panjang”.

Nicho pun mempelajari seluk-beluk ikan Garra Rufa, dan mulai menghasilkan 2-3 juta rupiah setiap bulan, sebelum kemudian mulai menjual berbagai jenis ikan hias. Awalnya, karena keterbatasan modal, Nicho hanya menjadi perantara. Lama-kelamaan, ia mulai menjual produk ikan hias sendiri, berbekal tiga buah ponsel Blackberry untuk membangun hubungan dengan customer-nya. Dari ilmu yang ia dapatkan di perkuliahan, ia juga mengembangkan bisnisnya yang semula hanya “berdagang” menjadi sebuah brand bernama Venus Aquatics.

 

Sukses Itu Dimulai Dari Gagal

 

Kita seringkali mendengar kisah pedagang sukses yang merasa perlu mengenyam pendidikan. Nicho punya pandangan sendiri mengenai ini. Walaupun Venus Aquatics telah memberikannya omset lebih ratusan juta rupiah per bulan, ia merasa harus lebih banyak mendalami konsep-konsep bisnis untuk mengembangkan bisnisnya lebih besar lagi. Bersama teman-temannya di kampus, Nicho sedang sibuk mengembangkan Synergy Entrepreneur Academy, suatu inisiasi yang memberikan workshop start-up business bagi siswa SMA. Ia juga merupakan salah satu inisiator Prasetiya Mulya Property Club, kegiatan mahasiswa yang mempelajari seluk-beluk bisnis properti.

 

Practice Doesn’t Make Perfect

 

Ada satu prinsip yang selalu ia bawa selama menjalankan bisnisnya, yaitu perseverance atau kegigihan. Jika membaca kisah hidup Nicho di bukunya yang berjudul Die Hard Entrepreneur, ia bercerita tentang perjuangannya mengumpulkan 100 juta rupiah untuk biaya kuliah. Ia sempat ditipu oleh rekan bisnisnya dan kehilangan 30 juta rupiah. Ia hampir putus asa melanjutkan kuliah. Namun ternyata, dari kejadian tersebut, ia mendapat banyak order dari mantan customer rekan bisnisnya yang juga merasa ditipu. Sejak kejadian itu, Nicholas Kurniawan yang merupakan pemenang Wirausaha Muda Mandiri ini, semakin percaya bahwa when there is a will, there is a way.

bottom of page